Rabu, 11 September 2019

ULUMUL HADITS


SITI ZUBAIDAH

ULUMUL HADIS

A.PENDAHULUAN
 
Studi hadis Nabi saw di Indonesia, sebagaimana juga di dunia Islam lainnya,  telah berlangsung sejak agama Islam itu ada dan berkembang disana. Hal tersebut adalah karena salah satu sumber utama ajaran Islam itu adalah hadis Nabi saw yang mendampingi Alquran. Meskipun demikian, ternyata di Indonesia Studi Hadis belumlah tercatat kecuali sejak abad ke 17, dan saat itu kajian Hadis belumlah menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Kajian Hadis sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada dekade ketiga abad ke 20, atau pada masa penghujung penjajahan Hindia Belanda.2 Hadits, sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, merupakan pedoman dan tuntunan bagi umat Islam dalam melakukan seluruh aktivitasnya, baik masalah ibadah, budi pekerti, sosial[1]isasi dalam kehidupan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Hadits merupakan sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW  dalam kehidupan seharihari, yang tidak terlepas dari tuntunan Allah SWT yang dijelaskan dalam Alquran, sudah sepantasnya dijadikan suri tauladan bagi umat manusia. Akan tetapi, tidak sedikit jumlah Hadits yang pemahamannya sering menyesatkan, padahal Hadits itu fungsinya sebagai pembenaran hukum untuk kehidupan manusia setelah Alquran.











1.   Pengertian Hadits Secara bahasa, kata Hadist mempunyai tiga arti; pertama berarti baru (Jadîd) lawan dari kata lama (qadîm). Bentuk jamaknya adalah Hidats, Hudatsa dan Huduts. Kedua, kata Hadits berarti yang dekat (qarîb) lawan dari jauh (Baîd) dan yang belum lama terjadi, seperti perkataan  ( حديث العهد بالاسلام orang yang baru masuk islam). Ketiga kata Hadits berarti berita (Khabar), yaitu ما يتحدث بو وينقل  (sesuatu yang dibicarakan atau dipindahkan dari seseorang) (Syaroni, 2008: 2). Secara istilah, Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrîr (pernyataan), sifat, keadaan dan himmah (hasrat)(Dzulmani, 2008: 1). Adapun menurut pakar ilmu Hadits istilah Hadits, sunnah, khabar dan atsar merupakan kata yang bersinonim.[2]

     2.Pengertian Sunnah  Sunnah
       Secara etimologi berasal dari bahasa Arab sanna, yasunna, sunnatan yang berarti perilaku yang mentradisi, norma-norma, undang undang. 4   
Sedangkan menurut istilah para ulama ada perbedaan pendapat dalam mendefinisikannya. Beberapa pendapat mengenai Sunnah yaitu :
a.    Menurut Muhaddisin ialah segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, sifat, kelakuan, taqrir, pengajaran, perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi Nabi Saw diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya,
b.     b. Menurut ahli ushul fiqh ialah segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw.  baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, yang memounyai hubungan dengan hukum.
c.     c. Menurut ulama fiqh ialah perbuatan yang dilakukan dalam agama, tetapi tingkatannya tidak sampai wajib atau fardhu.[3]




C.KHABAR
Secara etimologis “khabar” berarti warta atau berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang.21 Jamaknya adalah “akhbar” sementara orang yang banyak “khabar” dinamakan “khabir”.22  Sedangkan secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi khabar. Menurut Ulama adits khabar adalah warta atau berita baik yang datangnya dari Nabi Saw., sahabat maupun tabi’in. Mengingat hal ini khabar dapat berupa hadits marfu’,  hadits mauquf dan hadits maqruf. Di samping itu, ada yang berpendapat bahwa khabar dipakai buat segala warta yang datangnya dari selain Nabi Saw. Mengingat hal ini orang yang meriwayatkan hadits dinamakan dengan “muhaddisin” sedangkan orang yang meriwayatkan sejarah dinamakan “akhbary” atau “khabary”.23 Bahkan ada yang berpendapat bahwa hadits itu hanya terbatas pada apa yang datangnya dari Nabi Saw saja, sedangkan khabar terbatas kepada apa yang datangnya dari selainnya. Adapula yang membedakannya dari segi umum dan khusus mutlaq, yakni tiap-tiap hadits itu adalah khabar, tetapi sebaliknya bahwa tidak tiaptiap khabar itu adalah hadits.24  Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa khabar adalah segala berita yang datangnya dari selain Nabi Muhammad Saw., baik yang datangnya dari para sahabat maupun tabi’in.[4]

D.ATSAR


Secara etimologi atsar diartikan sebagai peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi (hadis). Atau bisa juga diartikan sebagai yang dipindahkan dari nabi seperti doa yang disumberkan dari Nabi.

Secara istilah atsar berarti segala sesuatu yang diriwayatkan dari para sahabat dan juga dapat disandarkan kepada Nabi. Atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat atau tabi’in, tapi terkadang juga digunakan untuk hadis yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. apabila berkait.[5]
KESIMPULAN
Hadis adalah adalah segala berita yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir, pengajaran sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu sebelum Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul, maupun setelahnya. Studi hadis tidak terlepas dari berbagai pendekatan sebagai ilmu bantu ke arah pengkajian intensif. Beberapa di antara pendekatan dan ilmu bantu tersebut adalah: ilmu hadis dirayah, ilmu hadis riwayah, ilmu rijalul hadis, ilmu jarh dan ta’dil, gharibul hadis, nasikh dan mansukh, mukhtaliful hadis, dan lain-lain.  Dalam perkembangannya secara ke kinian, keotentikan hadis seringkali dipersoalkan. Banyak kritikan ditujukan kepada hadis, bahkan ada yang menolaknya. Bahwa kendatipun telah sekian lama melengkapi sumber ajaran Islam (Alquran), hadis sekiranya masih perlu diuji keabsahan dan validitasnya. Satu diantara beberapa penyebabnya adalah selain tidak adanya jaminan yang tegas tentang kesahihannya, juga akibat keterlambatan penulisan hadis itu sendiri. Sehingga sangat mungkin diduga periwayatan hadis banyak yang palsu. Kritik terhadap hadis itu memang perlu dilakukan, karena banyak silang pendapat, perbedaan, serta konflik di tengah kehidupan masyarakat muslim akibat hadis-hadis yang mengundang interpretatif, baik dari sanad maupun matan-nya banyak kritik yang dilontarkan oleh para pemikir, apakah dari barat atau bahkan dari timur sendiri, terhadap studi hadis. Hal ini ada baik dan jeleknya, ada sisi positif dan negatif, tergantung pada motif dan tujuan kritik itu.











DAFTAR PUSTAKA
Dalimunthe, Sehat Sultoni. “PETA ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.” JURNAL TARBIYAH 21, no. 2 (2014).
FEBRIYANI, EKA SUCI. “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA DEMPET DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015/2016.” PhD Thesis, STAIN Kudus, 2016.
Nasrulloh, Nasrulloh. “Rekonstruksi Definisi Sunnah Sebagai Pijakan Kontekstualitas Pemahaman Hadits.” ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 15, no. 1 (2014): 15–28.
Nazlianto, Riza, and M. A. Lc. “ḤADĪTS ZAMAN RASULULAH SAW DAN TATACARA PERIWAYATANNYA OLEH SAHABAT.” Al-Mursalah 2, no. 2 (2018).
Sofiah, Sofiah. “KUALITAS SANAD HADIST DALAM KITAB MIFTÂHUL JANNAH KARYA KHR AS’AD SYAMSUL ARIFIN SUKOREJO-SITUBONDO.” JURNAL ISLAM NUSANTARA 2, no. 2 (2018): 189–210.


[1] Sehat Sultoni Dalimunthe, “PETA ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” JURNAL TARBIYAH 21, no. 2 (2014).
[2] Sofiah Sofiah, “KUALITAS SANAD HADIST DALAM KITAB MIFTÂHUL JANNAH KARYA KHR AS’AD SYAMSUL ARIFIN SUKOREJO-SITUBONDO,” JURNAL ISLAM NUSANTARA 2, no. 2 (2018)HAL.189–210.
[3] Nasrulloh Nasrulloh, “Rekonstruksi Definisi Sunnah Sebagai Pijakan Kontekstualitas Pemahaman Hadits,” ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 15, no. 1 (2014): 15–28.
[4] Riza Nazlianto and M. A. Lc, “ḤADĪTS ZAMAN RASULULAH SAW DAN TATACARA PERIWAYATANNYA OLEH SAHABAT,” Al-Mursalah 2, no. 2 (2018).


[5] EKA SUCI FEBRIYANI, “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA DEMPET DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015/2016” (PhD Thesis, STAIN Kudus, 2016).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar