A.PENDAHULUAN
Studi hadis Nabi saw
di Indonesia, sebagaimana juga di dunia Islam lainnya, telah berlangsung sejak agama Islam itu ada
dan berkembang disana. Hal tersebut adalah karena salah satu sumber utama
ajaran Islam itu adalah hadis Nabi saw yang mendampingi Alquran. Meskipun
demikian, ternyata di Indonesia Studi Hadis belumlah tercatat kecuali sejak
abad ke 17, dan saat itu kajian Hadis belumlah menjadi disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Kajian Hadis sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri baru
dimulai pada dekade ketiga abad ke 20, atau pada masa penghujung penjajahan
Hindia Belanda.2 Hadits, sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran,
merupakan pedoman dan tuntunan bagi umat Islam dalam melakukan seluruh
aktivitasnya, baik masalah ibadah, budi pekerti, sosial[1]isasi
dalam kehidupan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Hadits merupakan sikap dan
perilaku Nabi Muhammad SAW dalam
kehidupan seharihari, yang tidak terlepas dari tuntunan Allah SWT yang
dijelaskan dalam Alquran, sudah sepantasnya dijadikan suri tauladan bagi umat
manusia. Akan tetapi, tidak sedikit jumlah Hadits yang pemahamannya sering
menyesatkan, padahal Hadits itu fungsinya sebagai pembenaran hukum untuk
kehidupan manusia setelah Alquran.
1.
Pengertian Hadits Secara bahasa, kata
Hadist mempunyai tiga arti; pertama berarti baru (Jadîd) lawan dari kata lama
(qadîm). Bentuk jamaknya adalah Hidats, Hudatsa dan Huduts. Kedua, kata Hadits
berarti yang dekat (qarîb) lawan dari jauh (Ba‟îd) dan yang belum
lama terjadi, seperti perkataan ( حديث
العهد
بالاسلام
orang yang baru masuk islam). Ketiga kata Hadits berarti berita (Khabar), yaitu
ما
يتحدث
بو
وينقل (sesuatu yang dibicarakan atau dipindahkan
dari seseorang) (Sya‟roni, 2008: 2).
Secara istilah, Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrîr (pernyataan), sifat, keadaan dan
himmah (hasrat)(Dzulmani, 2008: 1). Adapun menurut pakar ilmu Hadits istilah
Hadits, sunnah, khabar dan atsar merupakan kata yang bersinonim.[2]
2.Pengertian Sunnah Sunnah
Secara etimologi berasal dari bahasa Arab
sanna, yasunna, sunnatan yang berarti perilaku yang mentradisi, norma-norma,
undang undang. 4
Sedangkan menurut
istilah para ulama ada perbedaan pendapat dalam mendefinisikannya. Beberapa
pendapat mengenai Sunnah yaitu :
a.
Menurut Muhaddisin ialah segala
sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan,
perbuatan, sifat, kelakuan, taqrir, pengajaran, perjalanan hidup baik sebelum
diangkat menjadi Nabi Saw diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya,
b.
b. Menurut ahli ushul fiqh ialah segala yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, yang memounyai hubungan dengan hukum.
c.
c. Menurut ulama fiqh ialah perbuatan
yang dilakukan dalam agama, tetapi tingkatannya tidak sampai wajib atau fardhu.[3]
C.KHABAR
Secara etimologis “khabar” berarti
warta atau berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang.21 Jamaknya
adalah “akhbar” sementara orang yang banyak “khabar” dinamakan “khabir”.22 Sedangkan secara terminologi, para ulama
berbeda pendapat dalam memberikan definisi khabar. Menurut Ulama Ḥadits
khabar adalah warta atau berita baik yang datangnya dari Nabi Saw., sahabat
maupun tabi’in. Mengingat hal ini khabar dapat berupa hadits marfu’, hadits mauquf dan hadits maqruf. Di samping
itu, ada yang berpendapat bahwa khabar dipakai buat segala warta yang datangnya
dari selain Nabi Saw. Mengingat hal ini orang yang meriwayatkan hadits
dinamakan dengan “muhaddisin” sedangkan orang yang meriwayatkan sejarah
dinamakan “akhbary” atau “khabary”.23 Bahkan ada yang berpendapat bahwa hadits
itu hanya terbatas pada apa yang datangnya dari Nabi Saw saja, sedangkan khabar
terbatas kepada apa yang datangnya dari selainnya. Adapula yang membedakannya
dari segi umum dan khusus mutlaq, yakni tiap-tiap hadits itu adalah khabar,
tetapi sebaliknya bahwa tidak tiaptiap khabar itu adalah hadits.24 Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
khabar adalah segala berita yang datangnya dari selain Nabi Muhammad Saw., baik
yang datangnya dari para sahabat maupun tabi’in.[4]
D.ATSAR
Secara etimologi atsar diartikan
sebagai peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi
(hadis). Atau bisa juga diartikan sebagai yang dipindahkan dari nabi seperti
doa yang disumberkan dari Nabi.
Secara istilah atsar berarti segala
sesuatu yang diriwayatkan dari para sahabat dan juga dapat disandarkan kepada
Nabi. Atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat
atau tabi’in, tapi terkadang juga digunakan untuk hadis yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Saw. apabila berkait.[5]
KESIMPULAN
Hadis
adalah adalah segala berita yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun taqrir, pengajaran sifat, kelakuan, perjalanan
hidup baik yang demikian itu sebelum Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul, maupun
setelahnya. Studi hadis tidak terlepas dari berbagai pendekatan sebagai ilmu
bantu ke arah pengkajian intensif. Beberapa di antara pendekatan dan ilmu bantu
tersebut adalah: ilmu hadis dirayah, ilmu hadis riwayah, ilmu rijalul hadis,
ilmu jarh dan ta’dil, gharibul hadis, nasikh dan mansukh, mukhtaliful hadis,
dan lain-lain. Dalam perkembangannya
secara ke kinian, keotentikan hadis seringkali dipersoalkan. Banyak kritikan
ditujukan kepada hadis, bahkan ada yang menolaknya. Bahwa kendatipun telah
sekian lama melengkapi sumber ajaran Islam (Alquran), hadis sekiranya masih
perlu diuji keabsahan dan validitasnya. Satu diantara beberapa penyebabnya
adalah selain tidak adanya jaminan yang tegas tentang kesahihannya, juga akibat
keterlambatan penulisan hadis itu sendiri. Sehingga sangat mungkin diduga
periwayatan hadis banyak yang palsu. Kritik terhadap hadis itu memang perlu
dilakukan, karena banyak silang pendapat, perbedaan, serta konflik di tengah
kehidupan masyarakat muslim akibat hadis-hadis yang mengundang interpretatif,
baik dari sanad maupun matan-nya banyak kritik yang dilontarkan oleh para
pemikir, apakah dari barat atau bahkan dari timur sendiri, terhadap studi
hadis. Hal ini ada baik dan jeleknya, ada sisi positif dan negatif, tergantung
pada motif dan tujuan kritik itu.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimunthe, Sehat Sultoni. “PETA ILMU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM.” JURNAL TARBIYAH 21, no. 2 (2014).
FEBRIYANI, EKA SUCI.
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN
AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII DI MTS NURUL HUDA DEMPET DEMAK TAHUN PELAJARAN
2015/2016.” PhD Thesis, STAIN Kudus, 2016.
Nasrulloh, Nasrulloh.
“Rekonstruksi Definisi Sunnah Sebagai Pijakan Kontekstualitas Pemahaman
Hadits.” ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 15, no. 1 (2014): 15–28.
Nazlianto, Riza, and
M. A. Lc. “ḤADĪTS ZAMAN RASULULAH SAW DAN TATACARA PERIWAYATANNYA OLEH
SAHABAT.” Al-Mursalah 2, no. 2 (2018).
Sofiah, Sofiah.
“KUALITAS SANAD HADIST DALAM KITAB MIFTÂHUL JANNAH KARYA KHR AS’AD SYAMSUL ARIFIN
SUKOREJO-SITUBONDO.” JURNAL ISLAM NUSANTARA 2, no. 2 (2018): 189–210.
[1] Sehat Sultoni Dalimunthe, “PETA ILMU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” JURNAL TARBIYAH 21, no. 2 (2014).
[2] Sofiah Sofiah, “KUALITAS SANAD HADIST
DALAM KITAB MIFTÂHUL JANNAH KARYA KHR AS’AD SYAMSUL ARIFIN SUKOREJO-SITUBONDO,”
JURNAL ISLAM NUSANTARA 2, no. 2 (2018)HAL.189–210.
[3] Nasrulloh Nasrulloh, “Rekonstruksi
Definisi Sunnah Sebagai Pijakan Kontekstualitas Pemahaman Hadits,” ULUL
ALBAB Jurnal Studi Islam 15, no. 1 (2014): 15–28.
[4] Riza Nazlianto and M. A. Lc, “ḤADĪTS ZAMAN
RASULULAH SAW DAN TATACARA PERIWAYATANNYA OLEH SAHABAT,” Al-Mursalah 2,
no. 2 (2018).
[5]
EKA SUCI FEBRIYANI, “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS
VIII DI MTS NURUL HUDA DEMPET DEMAK TAHUN PELAJARAN 2015/2016” (PhD Thesis,
STAIN Kudus, 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar